TARAKAN, CAKRANEWS – Seorang ayah mertua di Tarakan, Kalimantan Utara berinisial AM (46) tega merudapaksa menantunya yang masih berusia 14 tahun. Kepada polisi, AM mengaku tega menodai menantunya lantaran tak mendapat jatah biologis dari istrinya.
Kasat Reskrim Polres Tarakan, AKP Randhya Sakhtika Putra mengungkapkan, kejadian rudapaksa tersebut terjadi sebanyak dua kali saat anaknya pergi melaut. “Persetubuhan ini dilakukan mulai dari Oktober 2023 dan terakhir Desember 2023. Dalam rentang waktu itu, pelaku hampir 10 kali merayu korban melakukan persetubuhan dan dari hasil penyelidikan sementara, persetubuhan terjadi dua kali,”ungkapnya.
Korban pun menceritakan kejadian itu kepada kakaknya, keduanya akhirnya melaporkannya kepada Polres Tarakan pada 9 Desember 2023 pukul 01.00 Wita.
“Setelah itu kakak korban, melapor ke kepolisian. Kemudian Satreskrim berhasil mengamankan pelaku di kediamannya di Kelurahan Pantai Amal pukul 02.00 WITA,” ucapnya.
Saat dilakukan interogasi, pelaku mengakui sebelum melakukan aksi kejinya, ia mengimingi korban dengan uang sebanyak Rp3 juta.
“Berdasarkan hasil penyelidikan iming-iming Rp3 juta terjadi di Oktober. Dan di Desember kembali diimingi Rp200 ribu. Motif pelaku dua bulan tidak dilayani istri. Hasil keterangan korban, pelaku saat itu memberi ancaman. Jangan beritahu mamamu kalau masih mau ketemu mamamu. Itu ancaman penyampaian pelaku. Kejadian dua kali terjadi di rumah saat tidak ada orang dan posisi suami korban melaut,” urainya.
Randhya mengatakan korban sendiri masih berusia 14 tahun dan telah menikah dengan anak pelaku pada Agustus lalu atau baru sekitar 4 bulan menikah. Adapun barang bukti yang berhasil diamankan yakni satu set pakaian korban dan handphone beserta bukti chat mesum pelaku yang mengajak korban berhubungan badan,
“Pelaku diamankan di kediamannya. Di hari Sabtu jam dua pagi. Saat itu pelaku lagi tidur. Kalau kejadian pelaku rudapaksa korban jam sebelas siang,” katanya.
Atas tindakannya, pelaku disangkakan pasal 81 ayat (2) juncto pasal 76D subside pasal 82 ayat (1) juncto pasal 76E UU Nomor 17 Tahun 2016 tentang penetapan PP pengganti UU Nomor 1 Tahun 2016 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak menjadi UU dengan ancaman paling lama 15 tahun penjara.“Atau pasal 6 huruf C UU Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual,”pungkasnya.
Discussion about this post